1menit.com – Kelapa merupakan komoditas penting bagi Indonesia, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Namun, kelapa dinilai termarginalkan karena belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
Guru Besar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB University, Prof Sudrajat, mengatakan bahwa program peningkatan produktivitas kelapa selama ini belum signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Menurutnya, program yang seharusnya dilakukan adalah peningkatan kesejahteraan petani, baru kemudian peningkatan produktivitas.
“Program yang ada selama ini berupa peningkatkan produktivitas, harusnya dibalik program untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa,” katanya, Rabu (8/11/2023)
Peningkatan kesejahteraan petani dapat dilakukan dengan menjaga stabilitas harga kelapa dan kopra, terutama di daerah-daerah sentra kelapa di remote area seperti Riau, Jambi, Sumsel, dan Maluku. Selain itu, pemerintah juga perlu memiliki program peremajaan kelapa karena 70-80% kelapa yang ada sekarang sudah tua.
Kunci utama untuk mencapai peningkatan kesejahteraan petani adalah hilirisasi. Pemerintah perlu memberikan insentif swasta untuk membangun industri kelapa terpadu. Dengan semakin banyaknya industri terpadu, maka pasar bagi petani kelapa akan semakin terbuka. Nilai tambah dari kelapa juga akan semakin besar di dalam negeri.
Produktivitas kelapa yang rendah disebabkan oleh tanaman yang sudah tua dan tidak efisien. Untuk meningkatkan produktivitas, maka harga kelapa perlu ditingkatkan. Jika harga kelapa menguntungkan petani, maka petani akan termotivasi untuk meningkatkan produktivitas secara mandiri.
Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama pentahelix untuk mendorong semua upaya tersebut. Pengusaha perlu membangun industri olahan terpadu, pemerintah perlu membuat regulasi yang menarik investor olahan kelapa dan menguntungkan petani, lembaga riset perlu menghasilkan penelitian untuk meningkatkan daya saing, petani perlu menjadi produsen yang aktif, dan media perlu terus menyampaikan potensi kelapa kepada masyarakat.
Dalam diskusi pada peluncuran buku “Industri Kelapa Indonesia, Komoditi Leluhur yang Termarginalkan”, diselenggarakan Media Perkebunan, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Anwar M Nur, menyatakan bahwa Kementerian Pertanian terus memacu peningkatan produksi, produktivitas dan daya saing serta ekspor komoditi perkebunan termasuk kelapa. Namun, anggaran APBN yang masih terbatas hanya mampu membiayai pengembangan kelapa seluas rata-rata 10.000 hingga 15.000 hektare (ha) per tahunnya.
Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, mengatakan bahwa hilirisasi industri kelapa merupakan salah satu prioritas yang dijalankan pemerintah melalui Kementerian Perindustrian. Hilirisasi industri kelapa terbagai menjadi industri pangan dan non pangan.
Direktur Eksekutif International Coconut Community (ICC), Jelfina C. Alouw, mengungkapkan bahwa kontribusi kelapa itu luar biasa, baik secara ekonomi maupun lingkungan. Dari 19 persen total ekspor kelapa global itu dari Indonesia berbasis daging kelapa. Sebelumnya Indonesia menjadi yang pertama sebagai produksi dan luar areal kelapa terbesar dunia. Saat ini posisinya dipegang Filipina dengan luas perkebunan kelapa terbesar sekitar 3.592,66 ha.
Ketua Dewan Kelapa Indonesia, Gamal Nasir, menyatakan bahwa kelapa termarginalkan karena belum memberi kesejahteraan pada petani. Oleh karena itu, program Dekindo adalah petani untung pengusaha untung. Industri semakin berkembang sehingga bisa menampung bahan baku petani, ada kemitraan antara industri dan petani, sehingga harga kelapa meningkat. Selain itu, perlu ada diversifikasi produk kelapa.